Kamis, 17 Desember 2015

HAPY.....HAPY PANGANDARAN 18 DESEMBER 2015




















ACARA REFRESHING GURU, KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS PC CIPEDES 18 DESEMBER 2015 DI PANTAI PANGANDARAN

SELAMAT DATANG DI PANTAI PANGANDARAN............................!
PENGARAHAN DARI PENGAWAS KEMENAG KOTA TASIKMALAYA
SELAMAT BERLOMBA..................!
AYO......KITA BERGEMBIRA................!

AYO AMBIL POSISI............!
KERAJA SAMA MAMPERSIAPKAN ARENA PERLOMBAAN
'' GIMANA DACH SIAP BELUM............!
''BALAP KARUNG KO BERPASANGAN SICH............?''

''YA....IYA....LAH....... INIKAN BALAPAN KARUNG TERKINI......!''


''HORE.......... KITA MENANG......!

TARIK TAMBANG JUGA SERU LHO..........!
''DUCH.....GA KUAT NICH........!''
''TOLONG.....TOLONG.........!
HA.......HA.......HA........!
HORE.......MENANG.......!











































Minggu, 06 Desember 2015

MAKALAH TEORI PEMBELAJARAN



BAB 1
A.     Pendahuluan
Belajar dipengarauhi oleh dua pandangan, pertama : pandangan yang didasari oleh asumsi bahwa warga belajar adalah manusia pasif yang hanya melakukan respon terhadap stimulus. Warga belajar akan belajar apabila dilakukan pembelajaran dengan teratur dan sengaja. Tampa upaya pembelajaran yang disengaja maka warga belajar tidak mungkin melakukan kegiatan belajar. Kedua : pandangan yang berdasarkan asumsi bahwa warga belajar adalah manusia aktif yang selalu berusaha untuk berpikir dan bertindak di dalam dan terhadap dunia kehidupannya. Belajar akan terjadi apabila warga belajar berinteraksi dengan lingkungannya.
Kedua pandangan diatas dapat digunakan untuk menelususi teori-teori pembelajaran. menurut pandangan pertama : belajar ini bukan  dirumuskan sebagai perubahan yang terjadi pada diri warga belajar ( Thortpe, 1954 ). Perubahan ini bukan disebabkan oleh perubahan alami melainkan usaha yang sengaja yang berasal dari luar warga belajar, yaitu berupa stimulus ;dan perubahan yang terjadi pada warga belajar ( pengetahuan, sikap, keterampilan, dan aspirasi ) yang merupakan respon terhadap stimulus itu. Belajar didefinisikan juga sebagai suatu perubahan yang terjadi pada seseorang yang disebabkan oleh adanya rangsangan ( Hamijoyo, 1968; Gagne 1970; Travers, 1972 dan SURYADI Surya brata, 1975 ) . dengan demikian , belajar adalah suatu perubahan dalam disposisi atau kecakapan baru Menurut pandangan kedua, belajar adalah interaksi antara warga belajar dengan lingkungannya.melalui kegiatan belajar memungkinkan warga belajar dapat mengadaptasikan dirinya dengan lingkungannya, disamping ia berusaha untuk mengubah lingkungannya.  Warga belajar mampu mengembangkan kesadarannya untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Belajar tidak hanya  merupakan perubahan melainkan juga pengembangan kesadaran  diri  warga belajar terhadap lingkungannya.  Dengan perkembangannya kesadaran diri warga belajar memungkinkan ia lebih peka terhadap lingkungan, menganalisis lingkungan, dan melakukan kegiatan pemecahan terhadap  masalah yang timbul  dalam lingkungan.  Kedua pandangan diatas mempunyai  implikasi  praktis yang berbeda pula dalam proses pembelajaran. Pandangan pertama memandang warga belajar sebagai objek dalam kegiatan belajar karena ia dipandang sebagai organisme yang aktif.  Proaes belajar-membelajarkan lebih terpusat pada warga belajar.
B.     Latar Belakang
Salah satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya adalah belajar sepanjang hayatnya. Tampa belajar manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan  maupun dalam memenuhi tuntunan hidup dan kehidupan yang selalu beruabuh.
Keharusan untuk selalu belajar sudah disepakati oleh para pakar, jauh sebalum itu diakui pula  bahwa islam adalah agama yang pertama merekomendasikan keharusan belajar seumur hidup. Rosulullah. Muhamma d S.A.W.  memotivasi  umatnya dalam hadtis : “ menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Carilah ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama daripada belajar.” Belajar sepanjang hayat ini pula ditemukan oleh Edgar Faure dari The Internasional Council of Educational Development ( ICED )  atau Komisi Internasional Pengembangan  P endidikan. Sebagai Ketua Komisi tetsebut Edgar Faure mengatakan : with its confidence is man’s capacity to perfect homself though education, the muslim world was among the first to recommend the idea of lifelong  education, exhorting muslim to educate themselves from cradle to the grave. ( faure, et.al. 1972, h. 8 ).
Islam mewajibkan mahluknya untuk belajar mengembangkan kemampuan nalarnya secara terus-menerus bukan hanya terhadap objek-objek diluar dirinya ( dunia flora dan fauna, dunia anorganik, serta alam raya ).tetapi juga terhadap kehidupannya sendiri baik sebagai perorangan maupun sebagai suatu komunitas.
Belajas sebagai  satu bentuk aktivitas manusia telah dipelajari oleh para ahli seak lama. Sebagai upaya untuk menjelaskan prinsip-prinsip belajar,telah melahirkan teori-teori belajar. Beberapa teori dikemukakakan dibawah ini.

C.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana penjelasan dan pemikiran tenteang teori pembaelajaran menurut para ahli?
2.      Apa kelebihan dan kekurangan nya ?

D.     Tujuan Teori Pembelajaran
Menetapkan metode pembelajaran yang optimal dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memberikan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variable- variable yang menentukan hasil belajar, atau bagaimana orang belajar. Sedangkan teori pembelajaran menaruh perhatian bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengontrol variable dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar

BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A.Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek - aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1.      Teori Koneksionisme
Teori ini di pelopori oleh Thorndike dan dikembangkan oleh pakar-pakar yang lain. Teori koneksionisme menjelaskan bahwa belajar, baik pada hewan maupun manusia , berlangsung menurut prinsip yang sama yaitu melalui proses pembentukan asosiasi antara kesan panca indra dengan tindakan. Proses belajar berlangsung menurut hukum kesiapan, hukum latihan, dan hukum efek . hukum kesiapan menjelakan bahwa kegiatan belajar dapat berlangsung secara efektif dan efesien apabila warga belajar telah memiliki kesiapan belajar. Hukum ini menjelaskan bahwa materi belajar hendaknya sesuai kebutuhan belajar dan cara-cara belajar yang dimiliki warga belajar sehinga belajar dapat menimbulkan kepuasan pada dirinya. Hukukm latihan menyatakan bahwa koneksi antara tindakan dalam belajar akan menjadi kuat karena latihan ( law of use ) . sebaliknya, koneksi dan tindakan itu akan menjadi lemah apabila tampa latihan (law of disuse). Hukum ini memberikan pembenaran mengenai pentingnya warga  belajar untuk selalu mengulangi materi yang di pelajari. Hukum efek menyatakan bahwa kegiatan belajar yang memberikan hasil yang menyenangkan warga belajar, seperti pujian dan hadiah, cenderung akan diulangi dan dikembangkan oleh warga belajar. Sebaliknya kegiatan belajar yang memberikan hasil yang tidak menyenangkan, seperti celaan dan hukuman, cenderung akan dihentikakan atau dihindari. Dengan demikian kesiaapan, latihan, dan pengaruh merupakan hukum-hukum yang harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.
2.      Teori conditioning
Mula-mula teori ini dipelopori oleh Ivan Povlov (1927),  kemudian oleh Watson (1970). Percobaan povlov terhadap anjingnya itu, menyimpulkan bahwa belajar dilakukan dengan mengasosiasikan suatu ganjaran dengan rangsangan sebelumnya. Perangsang bersyarat dan tak bersyarat merupakan pengkondisiaan (conditioning) proses pembentukan perilaku. Watson mengembangkan teori ini melalui percobaan tentang gejala takut pada anak, dengan menggunakan tikus putih. Menurut teori ini belajar adalah suatu proses yang disebabkan oleh adanya syarat tertentu berupa rangsangan. Pengkondisian (conditioning)  dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi terhadap perangsangan tertentu menimbulkan proses belajar.
            Skinner  mengembangkan teori operan conditioning melelui percobaan terhadap burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit. Apaabila penggungkit itu kena tekanan maka ia dapat mengeluarkan makanan.  Ada dua macam respon dalam hal ini yaitu yang timbul dari perangsang tertentu( makanan menimbulkan air liur), dan operant dan respon yang timbul dan berkembang karena perangsang tertentu,tadi diikuti oleh rangsangan lainnya (reinforcing stimuli). Perilaku yang terbentuk karena operant respons itu disebut oprant behavior. Guthrie memanfaatkan teori conditioning dalam menumukan cara merubah kebiasaan yang kurang baik. Tingkah laku manusia merupakan rangkaian unit tingkah laku, yang saling memberikan respon terhadap rangsangan yang timbul dari masing-masing unit tingkah laku itu. Dalam proses conditioning terjadi proses asosiasi antara unit-unit tingkah laku yang berurutan. Melalui latihan berulang –ulang maka terjadilah proses penguatan asosiasi.
3.      Teori Getalt
Istilah gestalt berarti bentuk ( shape). Menurut Wertheimer (1945), warga belajar tidak menangkap bagian-bagian gejala, melainkan menerimanya secara keseluruhan. Misalnya, dalam mengamati sepeda motor, warga belajar bukan menangkap bagian-bagiannya, seperti rangkanya, rodanya, dan lampunya, melainkan keseluruhan sepeda motor itu.
            Penelitian Wertheiner merekomendasikan hukum pagmanz, , hukum kesamaan, hukum keterdekatan, hukum kotinuasi dan hukum ketertutupan. Menuerut pragmanz, pengamatan suatu objek akan dikaitkan sengan suatu yang berarti baik dari segi susunan, bentuk, ukuran  atau pun warna. Misalnya orang yang bentuk tubuhnya tinggi, kekar dan lincah dipandang sebagai olahragawan. Buah yang warnanya hijau dianggap masaam rasanya.  Menurut hukum keasamaan ( law of smilariti ), orang cenderung mengelompokan gejala berdasarkan kesamaan disbanding dengan perbedaannya.  Menurut hukum keterdekatan ( law pf proximity ), warga belajar cenderung mengelompokan gejala menurut keterdekatan antara yang satu dengan yang lainnya, bukan dari yang saling berjauhan. Menurut hukun kontinuitas ( law of continuation ), objek biasanyan diamati dengan pola atau bentuk dalam totalitas.sedangkan menurut hukum ketertutupan ( law of closure ), dalam pengamatan itu terdapat kecendrungan untuk melengkapi yang kurang  sehingga keseluruhannya ditangkap secara utuh. Menurut teori gestalt inti  belajar adalah wawasan ( inisight ). Dalam wawasa, tersebut, kelima hokum tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.
4.      Teori medan
Teori medan dikembankan oleh Kurt Lewin dengan formula B = f (P,E). artinya, perilaku (behavior) sebagai perolehan belajar adalah fungsi individu (person) dan lingkungan (environment).hasil belajar dipengaruhi oleh factor lingkungan.
            Untuk menganalisis lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku manusia, lewin, (1951) mengembangkan tehnik analisis wilayah kekuatan (force field analysis), guna mengdiagnosis situasi dengan mengamati variable-variable yang mempengaruhi perubahan tingkah laku manusia. Ia mengemukakan bahwa didalam setiap situasi erdapat kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penghambat ( restraining forces) yang mempengaruhi perubahan tingkah laku.
            Lewin mengindetifikasitiga fase proses perubahan tingkah laku, yaitu pencairan (unfreezing). Perubahan (changing), dan pemantapan (refreezingasi ).Tujuan fasepencairan adalh untuk memotivasi seseorang atau kelompok agar siap mengadakan perubahaan.yaitu ;
1.      Membantuuntuk mengeluarkan  orang-orang yang sedang diubah dri tempat tinggalnya yang diliputi kebiasaan, sumber informasi, dan hubungan sosial yang tradisional;
2.      Mengurangi atau menghentikan dukungan sosial terhadap prilaku yang “ menghambat “ perubahan.;
3.      Mengurangi  makna pengalaman mereka yang sedang diubah dengan menunjukan tingkah lakunya yang tidak bermanfaat dan karenanya perlu diubah.;
4.      Menghubungkan penghargaan dengan keinginan untuk berubah dalam hukuman dengan keengganan untuk berubah. Singkatnya upaya pencairan adalah menghancurkan cara-cara, kebiasaan, dan tradisi lama yang menghambat perubahan tingkah laku seseorang atau kelompok sehingga pada akhinya mereka siap untuk menerima alternative perubahan yang baru. Upaya ini terjadi apabila kekuatan pendorong dalam lingkungan meningkat dan sebaliknya, kekuatan penghambat menurun.
            Apabila seseorang telah termotivasi untuk berubah maka sebenarnya ia cenderung untuk menerima pola-pola tingkah laku baru. Proses penerimaan ini sering terjadi melalui proses indentifikasi atau internalisasi. Indentifikasi timbul pada diri seseorang apabila terdapat satu atau beberapa orang lain yang memilki model tingkah laku baru dalam lingkungannya.  Dari model inilah orang akan belajar pola tingkah laku baru dengan cara mengindentifikasinya dan mencoba untuk meniru model itu.  Sedangkan  internalisasi terjadi apabila seseorang berada dalam atau dihadapkan pasa suatu situasi, daan orang itu membutuhkan tingkah laku baru demi keberhasilannya dalam situasi tersebut. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa tingkah laku seseorang atau kelompok dapat berubah apabila terdapat agen perubahan dan faktot-faktor pendukung dari linkungannya.
            Pemantapan  adalah proses pengintregasiaan tingkah laku baru yang telah dipelajari oleh seseorang kedalam kepribadiaan orang itu. Apabila tingkah laku baru telah diinternalisai pada saat seseorang mempelajarinya maka proses ini dengan sendirinya telah membantu orang itu mengintregrasikan tingkah laku baru kedalam kepribadiaannya. Apabila tingkah laku baru di pelajari oleh seseorang melalui indentifikasi maka akan terjadi pemantapan kembali pada diri orang itu melalui peniruan terhadap model dan penguatan  (reinforcement) dari lingkungan sosial. Dengan demikian orang yang berada dalam proses perubahan tingkah laku memerlukan upaya pemantapan dari lingkungannya.
B. Beberapa prinsip pembelajaran.
Belajar sebagai suatu bentuk aktivitas  manusia yang telah jadi objek studi para pakar sejak lama. Teori-teori belajar yang telah dikemukakan kemudian dikembangkan. Pemikirann dan pemahaman hakekat belajar terus berkembang, sejalan dengan upaya pemelaahan yang terus berlangsung oleh para pakar. Contohny Trope (1954)mengkomsepsikan belajar sebagai bentuk perubahan nilai-nilai, kecakapan, sikap dan prilaku yang terjadi melalui usaha yang sengaja yaitu melalui rangsangan atau stumuli. Sedangkan perubahan yang terjadi pada warga belajar adalah dalam bentuk tanggapan atau respon terhadap rangsangan tersebut. Gagne (1970) dan Travers (1972) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau suatu kecakapan baru yang terjadi karena adanya usasa yang disengaja. Sedangkan Munn (1965) berpendapat bahwa belajar itu adalah upaya modyfikasi tingkah laku sebagai perolehan suatu aktivitas, latihan khusus, hasil observasi. Proses belajar pada orang dewasa, yang pada umumnya bersifat unformal, lebih beroreintasi kepada penemuan (discovery), lebih organic dan holistic dengan proses-proses kongnitif pada level oprasi kongkrit.
Beberapa prinsip belajar berdasarkan konsep dan aliran pembelajaran, dikemukakan di bawah ini :
1.      Konsep J. Piaget.
J. Piaget mengindentifikasikan empat tahap perkwmbangan kongnituf pada individu, yaitu tahap (a) sensori-motor, (b) pra-operasional, (c) operasionak konkrit, dan (d) tahap operasional forman atau proporsional. Tahap op[ersional kangkrit lebih mudah dikembangkan melalui tindakan-tindakan langsung ( direct action ). Pada tahap ini dimungkinkan berkambangnya oprasional formal. Warga belajar yang tidak pernah mengalami pendidikan sekolah atau mereka yang putus sekolah maka perkwmbangan kognisinya mulai berfungsi pada tahap operasional konkrit itu. Studi arenberg mengungkapkan bahwa umumnya orang dewasa yang tidak mengalami pendidikan sekolah atau mereka yang putus sekolah relative kurang mamfu mempelajari hal-hal yang disajikan dalam bentuk abstrak. Sebaliknya bahan ajar yang di sajikan dalam betuk konkrit. Bermakna dan relevan dengan keadaan yang dialami dalam kehidupanmereka sehari-hari, maka lebih mudah dipahami oleh mereka.
Identifikasi terhadap tahap-tahap perkembangan kongnitif oleh J Piaget mempunyai implikasi praktis terhadap proses belajar dalam pemdidikan luar sekolah, yaitu (a) bahan dan pengalam belajar harus disajikan dalam bentuk yang konkrit, dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dan (b) mengtamakan pemberian kesempatan kepada warga belajar untuk belajar  secara aktif dan partisipatif didalam dan terhadap lingkungannya.
2.       Konsep aliran tingkah laku.
Aliran tingkah laku memandang belajar sebagai pola hubungan stimulus dan respon (S-R) menurut Thorndike, sebagaimana telah dibahas dimuka,dikemukakan bahwa belajar merupakan tindakan mencoba dan salah( “trial and eror” learning ), berdasarkan hasil penelitian nya ia mengemukakan ada tiga hokum, yaitu (a) hukum keadaan siap (law of readiness), yaitu keadaan yang berkaitan dengan kesenangan atau ketidak senangan dalam belajar, (b) hukum latihan (law of exercise), yang berkenaan engan proses penguatan hubungan atara stimulus dan respon yang didapat melalui praktek, dan(c) hukum efek (law of effect) yang berkaitan dengan penguatan atau pemutusan setiap hubunganantara stimulus dan respon yang merupakan tindakan. Teori ini menyatakan bahwa  dihadapkan pada suatu kebutauhan untuk merespon stimulus., maka ia akan mencoba dengan pola respons tertentu. Jika tenyata respomnya tepat maka ia akan mengulangi lagi seandainya stimulusmyang sam itu muncul. Namun jika respons itu tudak tepat maka ia tidak akan mengulangi lagi seandainya stimulus yang sama itu kembali.
Proses belajar Behavioristik mengandung tiga unsur penting, yaitu : stimulus, respon, dan penguatan (reinforcemen) Teori ini dianggap sebagai dasar berbagai program inovatif dalam bidang pendidikan sekolah seperti pengajaran berprogram, medin mengajar dan pengajaran dengan computer. Menurut teori ini tingkah laku merupakan akibat dari lingkungan sekitar. untuk mengontrol tingkah laku dapat dilakukan dengan mengendalikan stimlkus yang bersumber dari llingkungan sekitar itu.
Skinner memandang bahwa prilaku seseorang itu merupakan hasil interaksi dengan lingkungan nya. Sikap dan pemikiran seseorang bukan merupakan factor penyebab bagi prilakunya tetapi muncul bersama atau mengikuti prilkunya. Cara berprilaku dan akibat dari prilkunya itu dapat diamati. Kondisi fisik ini dapat dikendalikan dengan memaksakan pengaruh-pengaruh yang positif dan negative menurut suatu rancangan tertentu. Berdasarkan pandangan itu Skinner mengajukan “ teknoligi prilaku” yang dinmilainya penting dalam strategi pendidikan. “Teknologi prilaku “  memberikan penekana kepada penggeseran tanggung jawab atas perilaku  dan pencapaiaan suatu hasil dari si pelaku terhadap  lingkungannya. Dalam teknologi ini berbagai penguat (reiforcers), baik positif atau pun negative, perlu di rancang dan digunakan secara tepat dan teliti.

Implikasi praktis aliran ini dalam proses belajar-membelajarkan adalah :
a.       Tujuan-tujuan pembelajaran dirumuskan dalm bentuk perilaku tertentu yang dapat diamati dan diukur
b.      Materi pelajaran perlu dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil sehingga mudah dikuasi oleh warga belajar,
c.       Materi pelajaran dan akegiatan belajar di Susun dalam urutan sehingga memudahkan warga belajar untuk menguasainya,
d.       Proses belajar sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan belajar .


3.      Konsep Aliran Humanis
Konsep humanisme menekankan pada obyek kongnitif dan efektif individu serta kondisi lingkungan. Dalam berhubungan dengan lingkungan sekitar, persepsi individu tidak terlepas dari unsur subyektif. Apabila seorang warga belajar mempersepsi suatu pengalaman, termasuk pengalaman belajar yang dipandang bisa memenuhui kebutuhannya, maka ia akan menginternalisasi pengalaman itu secara aktif. Oleh karena itu upaya membelajarkan warga belajar adalah dengan memberikan pengalaman belajar yang dapat dirasakan manfaatnya bagi kehidupannya.
Landsman (1962, 290 - 291) mengemukakan :
Pandangan Landsman memberi arah bahwa pengalaman-pengalaman yang positif dapat mempercepat serta memudahkan proses sosialisasi gagasan-gagasan dan perilaku. Sebaliknya, pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan akan mempersulit partisipasi dan komitmen warga belajar.
            Konsefsi humanisme menggambarkan bahwa warga belajar merupakan pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Rogers telah melakukan percobaan belajar non-direktif dengan menggunakan prinsip “self-determination” dan “self-direction” dengan pendekatan “ learner-contered”. Belajar memberikan kebebasan yang luas kepada warga belajar untuk menentukan apa yang ingin mereka pelajari sesuai dengan sumber-sumber belajar dan bahan belajar yang tersedia atau yang dapat disediakan. Kegiatan belajar yang berpusat pada warga belajar dilakukan dengan memberikan kebebasan yang lebih luas kepada mereka dalam memilih dan memutuskan apa yang ingin dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan dimana mereka akan belajar.
            Perilaku merupakan perwujudan diri warga belajar melalui upaya mengembangkan dirinya. Diri warga belajar yang berkembang memungkinkan untuk mampu meningkatkan kemandirian dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pandangan ini menitikberatkan terhadap pentingnya motivasi dalam pengembangan kemandirian warga belajar.
4.      Teori Andaragogi
Istilah “andragogi” berasal dari  “andr” dan “gagogos”. Dalam bahasa Yunani, “andr” berarti orang dewasa dan “agogos” berarti memimpin atau membimbing. Knowles (1980) telah mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu warga belajar, (orang dewasa) untuk belajar. Berbeda dengan pedagogi karena istilah ini dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak. Orang dewasa, tidak hanya dilihat dari segi  biologis semata, tetapi juga dari segi social dan psikologi. Secara biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila telah mampu melakukan reproduksi. Secara social, seseorang disebut dewasa apabila melakukan peran-peran social yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara Psikologis, seseorang dikatakan dewasa bila ia telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil . Darkenwald dan Merriam memandang bahwa seseorang disebut dewasa apbila ia telah melewati masa pendidikan dasar danntelah masuk usia kerja, yaitu berumur 16 tahun. Dengan demikian orang dewasa disini diartikan seagai orang yang telah memiliki kematangan fungsi-fungsi biologis social, dan psikologis dalam segi-segi pertimbangan, tanggung jawab, dan peran dalam kehidupan.namun kedewasaan seseorang akan tergantung pula pada kontek sosiokulturalnya (Cross,1981). Kedewasaan itu pun suatu gejala yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan (Ellwood, 1976).
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran peserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar.proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila metode dan tehnik pembaelajaran melibatkan warga belajar.
Keterlibatan ego warga belajar adalah kunci keberhasilan pendidikan orang dewasa. Untuk itu sumber belajar  hendaknya mamfu membantu warga belajar untuk:
(a)    mengindentifikasi kebutuhan,
(b)   merumuskan tujuan belajar,
(c)    ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanan dan penyusunanan pengalaman     belajar ,
(d)   ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar (Srinivasan, 1979).
            Dengan demikian setiap sumber belajar harus melibatkan peserta didik sebanyak mungkin dalam kegiatan belajar-membelajarkan.prosedur yang harus ditempuh oleh sumber belajar sebagai mana dikemukakan oleh Knowlles adalah sebagai berikut : Menurut pandangan andragogi setiap sumber belajar harus mamfu membantu warga belajar dalam :
a)      menciptakan suasana yang kondusip, untuk belajar melalui kerjasama melaui merencanakan,
b)      menemukan kebutuhan belajar,
c)      merumuskan tujuandanmateri yang dapat memenuhikebutuhan belajar,
d)     merancang pola belajar dalm sejumlah pengalaman belajar untuk peserta didik,
e)      melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan metode, tehnik dan sasaran belajar yang tepat,
f)       memiliki kegiatan belajar serta mengdiagnosisnkembali kebutuhan belajar.
Teori adragogi yang telah dikembangkan oleh Knowles kemudian banyak diperoleh dukungan dari para pakar lainnya, antara lain dari Darkenwald dan Meriam (1982) dan Jarvis (1985). Inti teori Andragogi adalah teknologi ketrlibatan Ego. Maksudnya kunci keberhasilan dalam proses belajar dan membelajarkan. Asumsi-asumsi yang dijadikan landasan dalam teori Andrigogi akan dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
a.      Oramg dewasa mempunyai konsep diri
Orang dewasa mempunyai kemampuan untuk berbuat keputusan tentang sesuatu, menghadapi segala resiko keputusannya, serta mengatur hidupnya secara mandiri. Harga diri adalah penting bagi setiap orang dewasaseorang dewasa memerlukan prilaku yang bersifat menghargai ; misalnya dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya dan kehidupannya.
b.      Orang dewasa mempunyai akumulasi pengalaman.
Setiap oaring dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda-beda sebagi akibat perbedaan latar belakang  kehidupan pada masa sebelumnya. Makin lama ia hidup makin bertambah pula pengalaman yang ia miliki, dan makin berbeda pula pengalamannya dari pengalaman orang lain. Pengalaman orang dewasa mencakup antara lain pengalan situasi, pengalamn interaksi, dan pengalaman diri. Pengalamn situasi merupakan sederetan situasi di masa lalu yang ia peroleh dan yang dapat digunakan untuk merespon situasi lama kini. Pengalaman interaksi menunjukan pertambahan kemahiran orang dewasa dalam melihat dirinya sendiri dari sisi pandang orang lain. Pengalamn diri adalah kemahiran orang dewasa dalam memadukan kesadaran melihat dirinya sendiri dari sisi pandang orang lain pada masa kini dengan berbagai situasi pada masa lalu.
c.       Orang dewasa mempunyai masa persiapan untuk belajar
Masa kesiapan orang dewasa seirama dengan adanya peran social yang mereka tampilkan. Peran ini akan berubah seiring dengan perbahan usianya. Kesiapan belajar orang dewasa akan ikut berubah pula. Perkembangan pertamanya adalah memperoleh pekerjaan dam bidang pertaniaan. Pda saat itu ia telah siap untuk melajar sesuatu yang berkaitan dengan tugas dan pekerjaan ya dalam bidang pertanian walaupun ia belum siap untuk belajar peran sosial laiannya. Dengan demikian implikasi praktis dalam proses belajar-membelajarkan adalhn urutan program belajar perlu disusun berdasarkan urutan tugas perkembangan perannya, bukan berdasarkan urutan logic mata pelajaran. Penyesuain materi dan kegiatan belajar dengan kebutuhan belajar yang relevan dengan tugas perkembangan peranan orang dewasa yang perlu diutamakan
d.      Orang-orang  dewasa mempunyai pandangan untuk segera menerapkan perolehan untuk belajarnya
Oramg dewasa berpartisipasi dalam kegiatan belajar karena ia merespons sesuatu yang sedang di rasakan dalam kehidupannya. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran orang dewasa perlu menekankan pada peningkatan kemampuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Implikasi dalam proses belajar-membelajarkan adalah adanya program belajar yang berorientasi pada pemecahan masalah. Pengalaman belajar dirancang berdasarkan masalah yang di hadapi oleh orang dewasa.
e.       Orang dewasa itu dapat belajar
Thorndike mengemukakan bahwa kemampuan belajar pada manusia akan menurun pelahan-lahan setelah mencapai usia 20 tahun. Namun studi lorge mengungkapkan bahwa penurunan kemampuan itu hanya pada kecel patan belajarnya, bukan dalam intensitas intelektualnya. Hasil penelitian lainnya menunjukan bahwa dasar kemamfuan untukm belajar pada manusia tetap ada sepanjang hayatnya.
f.       Belajar merupakan proses yang terjadi dalam diri orang dewasa
Setiap warga belajar akan mengontrol langsung proses belajarnya sendiri dengan melibatkan potensi dirinya, termasuk potensi intelek, emosi dan fisiknya. Belajar mengarah pada proses pemenuhan kebutuhann dan pencapaian tujuan. Ia merasakan adanya kebutuhan untuk belajar dan melihat tujuan pribadinya akan dapat tercapai melalui belajar. Proses belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melaui interaksi antara dirinya dengan lingkungannya.
 
BAB III
KESIMPULAN

Pembelajaran adalah usaha sadar guru untuk membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Antara pendidikan, pembelajaran dan pengajaran saling terkait. Pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika pembelajaran bermakna dengan pengajaran yang tepat. Sebaliknya pendidikan tidak akan mencapi tujuan jika pembelajaran tidak bermakna dengan pengajaran yang tidak tepat.
Teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode pembelajaran. Jika tidak, teori ini bukanlah teori pembelajaran. Ini penting sekali sebab banyak terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran, sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
Dari uraian di atas maka dipandang perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tentang pengertian, prinsip, dan perkembangan  teori pembelajaran.
 

DAFTAR PUSTAKA

1. Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi Buku 1, 2007, Jakarta: Salemba Empat, hal. 69-79.
  1. McGehee, W. (Inggris)"Are We Using All We Know About Training? Learning Theory and Training," Personnel Psychology, Spring 1958, hal. 2.
  2.  Pavlov, I. P. (Inggris)The Work of the Digestive Glands, London: Charles Griffin, 02, hal. 23-33
  3.  Skinner, B. F. Contingencies of Reinforcement, East Norwalk, CT: Appleton, 1971, hal. 100.
  4.  Bandura, A. (Inggris)Social Learning Theory, Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1977, hal. 37-38