Kamis, 17 Desember 2015
ACARA REFRESHING GURU, KEPALA SEKOLAH DAN PENGAWAS PC CIPEDES 18 DESEMBER 2015 DI PANTAI PANGANDARAN
![]() |
| SELAMAT DATANG DI PANTAI PANGANDARAN............................! |
![]() |
| PENGARAHAN DARI PENGAWAS KEMENAG KOTA TASIKMALAYA |
![]() |
| SELAMAT BERLOMBA..................! |
![]() |
| AYO......KITA BERGEMBIRA................! |
![]() |
![]() |
| AYO AMBIL POSISI............! |
![]() |
| KERAJA SAMA MAMPERSIAPKAN ARENA PERLOMBAAN |
![]() |
| '' GIMANA DACH SIAP BELUM............! |
![]() |
| ''BALAP KARUNG KO BERPASANGAN SICH............?'' |
![]() |
| ''YA....IYA....LAH....... INIKAN BALAPAN KARUNG TERKINI......!'' |
![]() |
| ''HORE.......... KITA MENANG......! |
![]() |
| TARIK TAMBANG JUGA SERU LHO..........! |
![]() |
| ''DUCH.....GA KUAT NICH........!'' |
![]() |
| ''TOLONG.....TOLONG.........! |
![]() |
| HA.......HA.......HA........! |
![]() |
| HORE.......MENANG.......! |
Minggu, 06 Desember 2015
MAKALAH TEORI PEMBELAJARAN
BAB 1
A. Pendahuluan
Belajar
dipengarauhi oleh dua pandangan, pertama : pandangan yang didasari oleh asumsi bahwa warga belajar adalah
manusia pasif yang hanya melakukan respon terhadap stimulus. Warga belajar akan
belajar apabila dilakukan pembelajaran dengan teratur dan sengaja. Tampa upaya
pembelajaran yang disengaja maka warga belajar tidak mungkin melakukan kegiatan
belajar. Kedua : pandangan yang berdasarkan asumsi bahwa warga belajar
adalah manusia aktif yang selalu berusaha untuk berpikir dan bertindak di dalam
dan terhadap dunia kehidupannya. Belajar akan terjadi apabila warga belajar
berinteraksi dengan lingkungannya.
Kedua
pandangan diatas dapat digunakan untuk menelususi teori-teori pembelajaran.
menurut pandangan pertama : belajar ini bukan
dirumuskan sebagai perubahan yang terjadi pada diri warga belajar (
Thortpe, 1954 ). Perubahan ini bukan disebabkan oleh perubahan alami melainkan
usaha yang sengaja yang berasal dari luar warga belajar, yaitu berupa stimulus
;dan perubahan yang terjadi pada warga belajar ( pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan aspirasi ) yang merupakan respon terhadap stimulus itu.
Belajar didefinisikan juga sebagai suatu perubahan yang terjadi pada seseorang
yang disebabkan oleh adanya rangsangan ( Hamijoyo, 1968; Gagne 1970; Travers,
1972 dan SURYADI Surya brata, 1975 ) . dengan demikian , belajar adalah suatu
perubahan dalam disposisi atau kecakapan baru Menurut pandangan kedua, belajar adalah interaksi antara warga
belajar dengan lingkungannya.melalui kegiatan belajar memungkinkan warga
belajar dapat mengadaptasikan dirinya dengan lingkungannya, disamping ia
berusaha untuk mengubah lingkungannya.
Warga belajar mampu mengembangkan kesadarannya untuk memahami dan
menguasai lingkungannya. Belajar tidak hanya
merupakan perubahan melainkan juga pengembangan kesadaran diri
warga belajar terhadap lingkungannya.
Dengan perkembangannya kesadaran diri warga belajar memungkinkan ia
lebih peka terhadap lingkungan, menganalisis lingkungan, dan melakukan kegiatan
pemecahan terhadap masalah yang
timbul dalam lingkungan. Kedua pandangan diatas mempunyai implikasi
praktis yang berbeda pula dalam proses pembelajaran. Pandangan pertama
memandang warga belajar sebagai objek dalam kegiatan belajar karena ia
dipandang sebagai organisme yang aktif.
Proaes belajar-membelajarkan lebih terpusat pada warga belajar.
B. Latar
Belakang
Salah
satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha mengembangkan diri serta
mempertahankan eksistensinya adalah belajar sepanjang hayatnya. Tampa belajar
manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan maupun dalam memenuhi
tuntunan hidup dan kehidupan yang selalu beruabuh.
Keharusan
untuk selalu belajar sudah disepakati oleh para pakar, jauh sebalum itu diakui
pula bahwa islam adalah agama yang
pertama merekomendasikan keharusan belajar seumur hidup. Rosulullah. Muhamma d
S.A.W. memotivasi umatnya dalam hadtis : “ menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim dan muslimat. Carilah
ilmu sejak buaian sampai lubang kubur. Tiada amalan umat yang lebih utama
daripada belajar.” Belajar sepanjang hayat ini pula ditemukan oleh Edgar
Faure dari The Internasional Council of Educational Development ( ICED ) atau Komisi Internasional Pengembangan P endidikan. Sebagai Ketua Komisi tetsebut
Edgar Faure mengatakan : with its
confidence is man’s capacity to perfect homself though education, the muslim
world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting muslim to educate
themselves from cradle to the grave. ( faure, et.al. 1972, h. 8 ).
Islam
mewajibkan mahluknya untuk belajar mengembangkan kemampuan nalarnya secara
terus-menerus bukan hanya terhadap objek-objek diluar dirinya ( dunia flora dan
fauna, dunia anorganik, serta alam raya ).tetapi juga terhadap kehidupannya
sendiri baik sebagai perorangan maupun sebagai suatu komunitas.
Belajas
sebagai satu bentuk aktivitas manusia
telah dipelajari oleh para ahli seak lama. Sebagai upaya untuk menjelaskan
prinsip-prinsip belajar,telah melahirkan teori-teori belajar. Beberapa teori
dikemukakakan dibawah ini.
C. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
penjelasan dan pemikiran tenteang teori pembaelajaran menurut para ahli?
2.
Apa
kelebihan dan kekurangan nya ?
D. Tujuan
Teori Pembelajaran
Menetapkan metode pembelajaran
yang optimal dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memberikan
proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variable-
variable yang menentukan hasil belajar, atau bagaimana orang belajar. Sedangkan
teori pembelajaran menaruh perhatian bagaimana seseorang mempengaruhi orang
lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengontrol variable dalam teori
belajar agar dapat memudahkan belajar
BAB II
PEMBAHASAN
MASALAH
A.Teori Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi
fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek - aspek mental. Dengan kata lain,
behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu
dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Beberapa
hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
1. Teori
Koneksionisme
Teori ini di pelopori
oleh Thorndike dan dikembangkan oleh pakar-pakar yang lain. Teori koneksionisme
menjelaskan bahwa belajar, baik pada hewan maupun manusia , berlangsung menurut
prinsip yang sama yaitu melalui proses pembentukan asosiasi antara kesan panca
indra dengan tindakan. Proses belajar berlangsung menurut hukum kesiapan, hukum
latihan, dan hukum efek . hukum kesiapan menjelakan bahwa kegiatan belajar
dapat berlangsung secara efektif dan efesien apabila warga belajar telah
memiliki kesiapan belajar. Hukum ini menjelaskan bahwa materi belajar hendaknya
sesuai kebutuhan belajar dan cara-cara belajar yang dimiliki warga belajar
sehinga belajar dapat menimbulkan kepuasan pada dirinya. Hukukm latihan
menyatakan bahwa koneksi antara tindakan dalam belajar akan menjadi kuat karena
latihan ( law of use ) . sebaliknya, koneksi dan tindakan itu akan menjadi
lemah apabila tampa latihan (law of disuse). Hukum ini memberikan pembenaran
mengenai pentingnya warga belajar untuk
selalu mengulangi materi yang di pelajari. Hukum efek menyatakan bahwa kegiatan
belajar yang memberikan hasil yang menyenangkan warga belajar, seperti pujian
dan hadiah, cenderung akan diulangi dan dikembangkan oleh warga belajar.
Sebaliknya kegiatan belajar yang memberikan hasil yang tidak menyenangkan,
seperti celaan dan hukuman, cenderung akan dihentikakan atau dihindari. Dengan
demikian kesiaapan, latihan, dan pengaruh merupakan hukum-hukum yang harus
diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.
2. Teori
conditioning
Mula-mula teori ini dipelopori
oleh Ivan Povlov (1927), kemudian oleh
Watson (1970). Percobaan povlov terhadap anjingnya itu, menyimpulkan bahwa
belajar dilakukan dengan mengasosiasikan suatu ganjaran dengan rangsangan
sebelumnya. Perangsang bersyarat dan tak bersyarat merupakan pengkondisiaan
(conditioning) proses pembentukan perilaku. Watson mengembangkan teori ini
melalui percobaan tentang gejala takut pada anak, dengan menggunakan tikus
putih. Menurut teori ini belajar adalah suatu proses yang disebabkan oleh
adanya syarat tertentu berupa rangsangan. Pengkondisian (conditioning) dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan
mereaksi terhadap perangsangan tertentu menimbulkan proses belajar.
Skinner mengembangkan teori operan conditioning
melelui percobaan terhadap burung dan kotak yang dilengkapi pengungkit.
Apaabila penggungkit itu kena tekanan maka ia dapat mengeluarkan makanan. Ada dua macam respon dalam hal ini yaitu yang
timbul dari perangsang tertentu( makanan menimbulkan air liur), dan operant dan
respon yang timbul dan berkembang karena perangsang tertentu,tadi diikuti oleh
rangsangan lainnya (reinforcing stimuli). Perilaku yang terbentuk karena
operant respons itu disebut oprant behavior. Guthrie memanfaatkan teori
conditioning dalam menumukan cara merubah kebiasaan yang kurang baik. Tingkah
laku manusia merupakan rangkaian unit tingkah laku, yang saling memberikan
respon terhadap rangsangan yang timbul dari masing-masing unit tingkah laku
itu. Dalam proses conditioning terjadi proses asosiasi antara unit-unit tingkah
laku yang berurutan. Melalui latihan berulang –ulang maka terjadilah proses
penguatan asosiasi.
3. Teori
Getalt
Istilah gestalt
berarti bentuk ( shape). Menurut Wertheimer (1945), warga belajar tidak
menangkap bagian-bagian gejala, melainkan menerimanya secara keseluruhan.
Misalnya, dalam mengamati sepeda motor, warga belajar bukan menangkap
bagian-bagiannya, seperti rangkanya, rodanya, dan lampunya, melainkan
keseluruhan sepeda motor itu.
Penelitian
Wertheiner merekomendasikan hukum pagmanz, , hukum kesamaan, hukum
keterdekatan, hukum kotinuasi dan hukum ketertutupan. Menuerut pragmanz,
pengamatan suatu objek akan dikaitkan sengan suatu yang berarti baik dari segi
susunan, bentuk, ukuran atau pun warna.
Misalnya orang yang bentuk tubuhnya tinggi, kekar dan lincah dipandang sebagai
olahragawan. Buah yang warnanya hijau dianggap masaam rasanya. Menurut hukum keasamaan ( law of smilariti ), orang cenderung mengelompokan gejala
berdasarkan kesamaan disbanding dengan perbedaannya. Menurut hukum keterdekatan ( law pf proximity ), warga belajar
cenderung mengelompokan gejala menurut keterdekatan antara yang satu dengan
yang lainnya, bukan dari yang saling berjauhan. Menurut hukun kontinuitas ( law of continuation ), objek biasanyan
diamati dengan pola atau bentuk dalam totalitas.sedangkan menurut hukum
ketertutupan ( law of closure ),
dalam pengamatan itu terdapat kecendrungan untuk melengkapi yang kurang sehingga keseluruhannya ditangkap secara
utuh. Menurut teori gestalt inti belajar
adalah wawasan ( inisight ). Dalam
wawasa, tersebut, kelima hokum tersebut saling berkaitan antara yang satu
dengan yang lainnya.
4. Teori
medan
Teori medan dikembankan
oleh Kurt Lewin dengan formula B = f (P,E). artinya, perilaku (behavior) sebagai perolehan belajar
adalah fungsi individu (person) dan
lingkungan (environment).hasil
belajar dipengaruhi oleh factor lingkungan.
Untuk
menganalisis lingkungan yang mempengaruhi tingkah laku manusia, lewin, (1951) mengembangkan
tehnik analisis wilayah kekuatan (force
field analysis), guna mengdiagnosis situasi dengan mengamati
variable-variable yang mempengaruhi perubahan tingkah laku manusia. Ia
mengemukakan bahwa didalam setiap situasi erdapat kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penghambat ( restraining forces) yang mempengaruhi
perubahan tingkah laku.
Lewin
mengindetifikasitiga fase proses perubahan tingkah laku, yaitu pencairan (unfreezing). Perubahan (changing), dan
pemantapan (refreezingasi ).Tujuan fasepencairan
adalh untuk memotivasi seseorang atau kelompok agar siap mengadakan
perubahaan.yaitu ;
1.
Membantuuntuk
mengeluarkan orang-orang yang sedang
diubah dri tempat tinggalnya yang diliputi kebiasaan, sumber informasi, dan hubungan
sosial yang tradisional;
2.
Mengurangi
atau menghentikan dukungan sosial terhadap prilaku yang “ menghambat “
perubahan.;
3.
Mengurangi
makna pengalaman mereka yang sedang
diubah dengan menunjukan tingkah lakunya yang tidak bermanfaat dan karenanya
perlu diubah.;
4.
Menghubungkan
penghargaan dengan keinginan untuk berubah dalam hukuman dengan keengganan
untuk berubah. Singkatnya upaya pencairan adalah menghancurkan cara-cara,
kebiasaan, dan tradisi lama yang menghambat perubahan tingkah laku seseorang atau
kelompok sehingga pada akhinya mereka siap untuk menerima alternative perubahan
yang baru. Upaya ini terjadi apabila kekuatan pendorong dalam lingkungan
meningkat dan sebaliknya, kekuatan penghambat menurun.
Apabila
seseorang telah termotivasi untuk berubah maka sebenarnya ia cenderung untuk
menerima pola-pola tingkah laku baru. Proses penerimaan ini sering terjadi
melalui proses indentifikasi atau internalisasi. Indentifikasi timbul pada diri
seseorang apabila terdapat satu atau beberapa orang lain yang memilki model
tingkah laku baru dalam lingkungannya.
Dari model inilah orang akan belajar pola tingkah laku baru dengan cara
mengindentifikasinya dan mencoba untuk meniru model itu. Sedangkan
internalisasi terjadi apabila seseorang berada dalam atau dihadapkan
pasa suatu situasi, daan orang itu membutuhkan tingkah laku baru demi
keberhasilannya dalam situasi tersebut. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa
tingkah laku seseorang atau kelompok dapat berubah apabila terdapat agen
perubahan dan faktot-faktor pendukung dari linkungannya.
Pemantapan adalah proses pengintregasiaan tingkah laku
baru yang telah dipelajari oleh seseorang kedalam kepribadiaan orang itu.
Apabila tingkah laku baru telah diinternalisai pada saat seseorang
mempelajarinya maka proses ini dengan sendirinya telah membantu orang itu
mengintregrasikan tingkah laku baru kedalam kepribadiaannya. Apabila tingkah
laku baru di pelajari oleh seseorang melalui indentifikasi maka akan terjadi
pemantapan kembali pada diri orang itu melalui peniruan terhadap model dan
penguatan (reinforcement) dari
lingkungan sosial. Dengan demikian orang yang berada dalam proses perubahan
tingkah laku memerlukan upaya pemantapan dari lingkungannya.
B. Beberapa
prinsip pembelajaran.
Belajar sebagai suatu bentuk
aktivitas manusia yang telah jadi objek
studi para pakar sejak lama. Teori-teori belajar yang telah dikemukakan
kemudian dikembangkan. Pemikirann dan pemahaman hakekat belajar terus
berkembang, sejalan dengan upaya pemelaahan yang terus berlangsung oleh para
pakar. Contohny Trope (1954)mengkomsepsikan belajar sebagai bentuk perubahan
nilai-nilai, kecakapan, sikap dan prilaku yang terjadi melalui usaha yang
sengaja yaitu melalui rangsangan atau stumuli. Sedangkan perubahan yang terjadi
pada warga belajar adalah dalam bentuk tanggapan atau respon terhadap
rangsangan tersebut. Gagne (1970) dan Travers (1972) mendefinisikan belajar
sebagai suatu perubahan dalam disposisi atau suatu kecakapan baru yang terjadi
karena adanya usasa yang disengaja. Sedangkan Munn (1965) berpendapat bahwa
belajar itu adalah upaya modyfikasi tingkah laku sebagai perolehan suatu
aktivitas, latihan khusus, hasil observasi. Proses belajar pada orang dewasa,
yang pada umumnya bersifat unformal, lebih beroreintasi kepada penemuan
(discovery), lebih organic dan holistic dengan proses-proses kongnitif pada level
oprasi kongkrit.
Beberapa prinsip belajar berdasarkan
konsep dan aliran pembelajaran, dikemukakan di bawah ini :
1. Konsep J. Piaget.
J. Piaget mengindentifikasikan empat
tahap perkwmbangan kongnituf pada individu, yaitu tahap (a) sensori-motor, (b)
pra-operasional, (c) operasionak konkrit, dan (d) tahap operasional forman atau
proporsional. Tahap op[ersional kangkrit lebih mudah dikembangkan melalui
tindakan-tindakan langsung ( direct
action ). Pada tahap ini dimungkinkan berkambangnya oprasional formal.
Warga belajar yang tidak pernah mengalami pendidikan sekolah atau mereka yang
putus sekolah maka perkwmbangan kognisinya mulai berfungsi pada tahap
operasional konkrit itu. Studi arenberg mengungkapkan bahwa umumnya orang
dewasa yang tidak mengalami pendidikan sekolah atau mereka yang putus sekolah
relative kurang mamfu mempelajari hal-hal yang disajikan dalam bentuk abstrak.
Sebaliknya bahan ajar yang di sajikan dalam betuk konkrit. Bermakna dan relevan
dengan keadaan yang dialami dalam kehidupanmereka sehari-hari, maka lebih mudah
dipahami oleh mereka.
Identifikasi terhadap tahap-tahap
perkembangan kongnitif oleh J Piaget mempunyai implikasi praktis terhadap
proses belajar dalam pemdidikan luar sekolah, yaitu (a) bahan dan pengalam
belajar harus disajikan dalam bentuk yang konkrit, dan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari, dan (b) mengtamakan pemberian kesempatan kepada warga
belajar untuk belajar secara aktif dan
partisipatif didalam dan terhadap lingkungannya.
2. Konsep
aliran tingkah laku.
Aliran tingkah laku memandang
belajar sebagai pola hubungan stimulus dan respon (S-R) menurut Thorndike,
sebagaimana telah dibahas dimuka,dikemukakan bahwa belajar merupakan tindakan
mencoba dan salah( “trial and eror” learning ), berdasarkan hasil penelitian
nya ia mengemukakan ada tiga hokum, yaitu (a) hukum keadaan siap (law of readiness), yaitu keadaan yang
berkaitan dengan kesenangan atau ketidak senangan dalam belajar, (b) hukum
latihan (law of exercise), yang berkenaan
engan proses penguatan hubungan atara stimulus dan respon yang didapat melalui
praktek, dan(c) hukum efek (law of effect) yang berkaitan dengan penguatan atau
pemutusan setiap hubunganantara stimulus dan respon yang merupakan tindakan.
Teori ini menyatakan bahwa dihadapkan
pada suatu kebutauhan untuk merespon stimulus., maka ia akan mencoba dengan
pola respons tertentu. Jika tenyata respomnya tepat maka ia akan mengulangi
lagi seandainya stimulusmyang sam itu muncul. Namun jika respons itu tudak tepat
maka ia tidak akan mengulangi lagi seandainya stimulus yang sama itu kembali.
Proses belajar Behavioristik
mengandung tiga unsur penting, yaitu : stimulus, respon, dan penguatan
(reinforcemen) Teori ini dianggap sebagai dasar berbagai program inovatif dalam
bidang pendidikan sekolah seperti pengajaran berprogram, medin mengajar dan
pengajaran dengan computer. Menurut teori ini tingkah laku merupakan akibat
dari lingkungan sekitar. untuk mengontrol tingkah laku dapat dilakukan dengan
mengendalikan stimlkus yang bersumber dari llingkungan sekitar itu.
Skinner memandang bahwa prilaku
seseorang itu merupakan hasil interaksi dengan lingkungan nya. Sikap dan
pemikiran seseorang bukan merupakan factor penyebab bagi prilakunya tetapi
muncul bersama atau mengikuti prilkunya. Cara berprilaku dan akibat dari
prilkunya itu dapat diamati. Kondisi fisik ini dapat dikendalikan dengan
memaksakan pengaruh-pengaruh yang positif dan negative menurut suatu rancangan
tertentu. Berdasarkan pandangan itu Skinner mengajukan “ teknoligi prilaku”
yang dinmilainya penting dalam strategi pendidikan. “Teknologi prilaku “ memberikan penekana kepada penggeseran tanggung
jawab atas perilaku dan pencapaiaan suatu
hasil dari si pelaku terhadap
lingkungannya. Dalam teknologi ini berbagai penguat (reiforcers), baik
positif atau pun negative, perlu di rancang dan digunakan secara tepat dan
teliti.
Implikasi praktis aliran ini dalam
proses belajar-membelajarkan adalah :
a. Tujuan-tujuan
pembelajaran dirumuskan dalm bentuk perilaku tertentu yang dapat diamati dan
diukur
b. Materi
pelajaran perlu dipecah-pecah menjadi bagian-bagian kecil sehingga mudah
dikuasi oleh warga belajar,
c. Materi
pelajaran dan akegiatan belajar di Susun dalam urutan sehingga memudahkan warga
belajar untuk menguasainya,
d. Proses belajar sangat dipengaruhi oleh
bahan-bahan belajar .
3. Konsep Aliran Humanis
Konsep humanisme menekankan pada
obyek kongnitif dan efektif individu serta kondisi lingkungan. Dalam
berhubungan dengan lingkungan sekitar, persepsi individu tidak terlepas dari
unsur subyektif. Apabila seorang warga belajar mempersepsi suatu pengalaman,
termasuk pengalaman belajar yang dipandang bisa memenuhui kebutuhannya, maka ia
akan menginternalisasi pengalaman itu secara aktif. Oleh karena itu upaya
membelajarkan warga belajar adalah dengan memberikan pengalaman belajar yang
dapat dirasakan manfaatnya bagi kehidupannya.
Landsman (1962, 290 - 291) mengemukakan :
Pandangan Landsman memberi arah
bahwa pengalaman-pengalaman yang positif dapat mempercepat serta memudahkan
proses sosialisasi gagasan-gagasan dan perilaku. Sebaliknya,
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan akan mempersulit partisipasi dan
komitmen warga belajar.
Konsefsi
humanisme menggambarkan bahwa warga belajar merupakan pelaku aktif dalam
merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya. Rogers telah melakukan
percobaan belajar non-direktif dengan menggunakan prinsip “self-determination”
dan “self-direction” dengan pendekatan “ learner-contered”. Belajar memberikan
kebebasan yang luas kepada warga belajar untuk menentukan apa yang ingin mereka
pelajari sesuai dengan sumber-sumber belajar dan bahan belajar yang tersedia
atau yang dapat disediakan. Kegiatan belajar yang berpusat pada warga belajar
dilakukan dengan memberikan kebebasan yang lebih luas kepada mereka dalam
memilih dan memutuskan apa yang ingin dipelajari, bagaimana mempelajarinya, dan
dimana mereka akan belajar.
Perilaku
merupakan perwujudan diri warga belajar melalui upaya mengembangkan dirinya.
Diri warga belajar yang berkembang memungkinkan untuk mampu meningkatkan
kemandirian dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pandangan ini
menitikberatkan terhadap pentingnya motivasi dalam pengembangan kemandirian
warga belajar.
4. Teori Andaragogi
Istilah “andragogi” berasal
dari “andr” dan “gagogos”. Dalam bahasa
Yunani, “andr” berarti orang dewasa dan “agogos” berarti memimpin atau
membimbing. Knowles (1980) telah mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu
dalam membantu warga belajar, (orang dewasa) untuk belajar. Berbeda dengan
pedagogi karena istilah ini dapat diartikan sebagai seni dan ilmu untuk
mengajar anak-anak. Orang dewasa, tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dari segi social
dan psikologi. Secara biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila telah
mampu melakukan reproduksi. Secara social, seseorang disebut dewasa apabila
melakukan peran-peran social yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa.
Secara Psikologis, seseorang dikatakan dewasa bila ia telah memiliki tanggung
jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil . Darkenwald dan Merriam
memandang bahwa seseorang disebut dewasa apbila ia telah melewati masa
pendidikan dasar danntelah masuk usia kerja, yaitu berumur 16 tahun. Dengan
demikian orang dewasa disini diartikan seagai orang yang telah memiliki
kematangan fungsi-fungsi biologis social, dan psikologis dalam segi-segi
pertimbangan, tanggung jawab, dan peran dalam kehidupan.namun kedewasaan
seseorang akan tergantung pula pada kontek sosiokulturalnya (Cross,1981).
Kedewasaan itu pun suatu gejala yang selalu mengalami perubahan dan
perkembangan (Ellwood, 1976).
Andragogi adalah suatu model proses
pembelajaran peserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga
sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar.proses belajar
dapat terjadi dengan baik apabila metode dan tehnik pembaelajaran melibatkan
warga belajar.
Keterlibatan ego warga belajar adalah kunci
keberhasilan pendidikan orang dewasa. Untuk itu sumber belajar hendaknya mamfu membantu warga belajar untuk:
(a)
mengindentifikasi kebutuhan,
(b)
merumuskan tujuan belajar,
(c)
ikut serta memikul tanggung jawab dalam perencanan dan
penyusunanan pengalaman belajar ,
(d)
ikut serta dalam mengevaluasi kegiatan belajar
(Srinivasan, 1979).
Dengan demikian setiap sumber belajar
harus melibatkan peserta didik sebanyak mungkin dalam kegiatan belajar-membelajarkan.prosedur
yang harus ditempuh oleh sumber belajar sebagai mana dikemukakan oleh Knowlles
adalah sebagai berikut : Menurut pandangan andragogi setiap sumber belajar
harus mamfu membantu warga belajar dalam :
a)
menciptakan suasana yang kondusip, untuk belajar
melalui kerjasama melaui merencanakan,
b)
menemukan kebutuhan belajar,
c)
merumuskan tujuandanmateri yang dapat
memenuhikebutuhan belajar,
d)
merancang pola belajar dalm sejumlah pengalaman belajar
untuk peserta didik,
e)
melaksanakan kegiatan belajar dengan menggunakan
metode, tehnik dan sasaran belajar yang tepat,
f)
memiliki kegiatan belajar serta mengdiagnosisnkembali
kebutuhan belajar.
Teori adragogi yang telah dikembangkan oleh Knowles
kemudian banyak diperoleh dukungan dari para pakar lainnya, antara lain dari
Darkenwald dan Meriam (1982) dan Jarvis (1985). Inti teori Andragogi adalah teknologi
ketrlibatan Ego. Maksudnya kunci keberhasilan dalam proses belajar dan
membelajarkan. Asumsi-asumsi yang dijadikan landasan dalam teori Andrigogi akan
dijelaskan dalam uraian dibawah ini.
a.
Oramg dewasa
mempunyai konsep diri
Orang dewasa mempunyai kemampuan
untuk berbuat keputusan tentang sesuatu, menghadapi segala resiko keputusannya,
serta mengatur hidupnya secara mandiri. Harga diri adalah penting bagi setiap
orang dewasaseorang dewasa memerlukan prilaku yang bersifat menghargai ;
misalnya dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut dirinya dan
kehidupannya.
b.
Orang dewasa
mempunyai akumulasi pengalaman.
Setiap oaring dewasa mempunyai
pengalaman yang berbeda-beda sebagi akibat perbedaan latar belakang kehidupan pada masa sebelumnya. Makin lama ia
hidup makin bertambah pula pengalaman yang ia miliki, dan makin berbeda pula
pengalamannya dari pengalaman orang lain. Pengalaman orang dewasa mencakup
antara lain pengalan situasi, pengalamn interaksi, dan pengalaman diri. Pengalamn situasi merupakan sederetan
situasi di masa lalu yang ia peroleh dan yang dapat digunakan untuk merespon
situasi lama kini. Pengalaman interaksi
menunjukan pertambahan kemahiran orang dewasa dalam melihat dirinya sendiri
dari sisi pandang orang lain. Pengalamn
diri adalah kemahiran orang dewasa dalam memadukan kesadaran melihat
dirinya sendiri dari sisi pandang orang lain pada masa kini dengan berbagai
situasi pada masa lalu.
c.
Orang dewasa
mempunyai masa persiapan untuk belajar
Masa kesiapan orang dewasa seirama
dengan adanya peran social yang mereka tampilkan. Peran ini akan berubah
seiring dengan perbahan usianya. Kesiapan belajar orang dewasa akan ikut
berubah pula. Perkembangan pertamanya adalah memperoleh pekerjaan dam bidang
pertaniaan. Pda saat itu ia telah siap untuk melajar sesuatu yang berkaitan
dengan tugas dan pekerjaan ya dalam bidang pertanian walaupun ia belum siap
untuk belajar peran sosial laiannya. Dengan demikian implikasi praktis dalam
proses belajar-membelajarkan adalhn urutan program belajar perlu disusun
berdasarkan urutan tugas perkembangan perannya, bukan berdasarkan urutan logic
mata pelajaran. Penyesuain materi dan kegiatan belajar dengan kebutuhan belajar
yang relevan dengan tugas perkembangan peranan orang dewasa yang perlu
diutamakan
d.
Orang-orang dewasa
mempunyai pandangan untuk segera menerapkan perolehan untuk belajarnya
Oramg dewasa berpartisipasi dalam
kegiatan belajar karena ia merespons sesuatu yang sedang di rasakan dalam
kehidupannya. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran orang dewasa perlu
menekankan pada peningkatan kemampuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya. Implikasi dalam proses belajar-membelajarkan adalah adanya
program belajar yang berorientasi pada pemecahan masalah. Pengalaman belajar
dirancang berdasarkan masalah yang di hadapi oleh orang dewasa.
e.
Orang dewasa
itu dapat belajar
Thorndike mengemukakan bahwa kemampuan
belajar pada manusia akan menurun pelahan-lahan setelah mencapai usia 20 tahun.
Namun studi lorge mengungkapkan bahwa penurunan kemampuan itu hanya pada kecel
patan belajarnya, bukan dalam intensitas intelektualnya. Hasil penelitian lainnya
menunjukan bahwa dasar kemamfuan untukm belajar pada manusia tetap ada
sepanjang hayatnya.
f.
Belajar
merupakan proses yang terjadi dalam diri orang dewasa
Setiap warga belajar akan mengontrol
langsung proses belajarnya sendiri dengan melibatkan potensi dirinya, termasuk
potensi intelek, emosi dan fisiknya. Belajar mengarah pada proses pemenuhan
kebutuhann dan pencapaian tujuan. Ia merasakan adanya kebutuhan untuk belajar
dan melihat tujuan pribadinya akan dapat tercapai melalui belajar. Proses
belajar akan terpusatkan pada pengalaman sendiri melaui interaksi antara
dirinya dengan lingkungannya.
BAB III
KESIMPULAN
Pembelajaran adalah usaha sadar
guru untuk membantu siswa atau anak didik, agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya.
Pengajaran adalah kegiatan yang
dilakukan guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Pengajaran juga
diartikan sebagi interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung sebagai
suatu proses yang saling mempengaruhi antara guru dan siswa.
Antara pendidikan, pembelajaran
dan pengajaran saling terkait. Pendidikan akan dapat mencapai tujuan jika
pembelajaran bermakna dengan pengajaran yang tepat. Sebaliknya pendidikan tidak
akan mencapi tujuan jika pembelajaran tidak bermakna dengan pengajaran yang
tidak tepat.
Teori pembelajaran harus
memasukkan variabel metode pembelajaran. Jika tidak, teori ini bukanlah teori
pembelajaran. Ini penting sekali sebab banyak terjadi apa yang dianggap sebagai
teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori. Teori pembelajaran selalu
menyebutkan metode pembelajaran, sedangkan teori belajar sama sekali tidak
berurusan dengan metode pembelajaran.
Dari uraian di atas maka
dipandang perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tentang pengertian,
prinsip, dan perkembangan teori pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Robbins,
Stephen P. Perilaku Organisasi Buku 1, 2007, Jakarta: Salemba Empat, hal.
69-79.
- McGehee, W. (Inggris)"Are We Using All We Know About Training? Learning Theory and Training," Personnel Psychology, Spring 1958, hal. 2.
- Pavlov, I. P. (Inggris)The Work of the Digestive Glands, London: Charles Griffin, 02, hal. 23-33
- Skinner, B. F. Contingencies of Reinforcement, East Norwalk, CT: Appleton, 1971, hal. 100.
- Bandura, A. (Inggris)Social Learning Theory, Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 1977, hal. 37-38
Langganan:
Komentar (Atom)















































