Minggu, 06 Desember 2015

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM RA/TK (PAUD)


 











BAB I
Pendahuluan
A.    Pengertian Kurikulum

v  Kurikulum adalah panduan operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
v  Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan kegiatan/pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
v  Kurikulum bersifat dinamis yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
v  Kurikulum Anak Usia Dini terdiri dari  standar kompetensi Anak Usia Dini yang mencakup ; kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator serta dilengkapi pula dengan pengembangan silabus, model pembelajaran, serta pengembangan penilaian.
v  Kurikulum Anak Usia Dini menggunakan kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan pada pengembangan perilaku melalui pembiasaan pada anak untuk melakukan tugas-tugas dengan standar performan tertentu yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak.
v  Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. 

B.     Tujuan
1.      Menjadikan Anak unggul sebagai  mencetak peserta didik yang Qurota A’yun bagi keluarganya dan bermanfaat bagi kehidupannya.
2.      Terciptanya kegiatan pembelajaran yang tertib, disiplin, sehat dan nyaman.
3.      Terwujudnya peningkatan mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran yang terintegrasi antara teori dan praktik.
4.      Terwujudnya lulusan yang berkualitas sehingga mampu melanjutkan pendidikan sampai ketingkat tertinggi.
5.      Terwujudnya siswa yang mempunyai karakter Islami yang Intelektual dan nberteknologi canggih.
6.      Terwujudnya pelayanan pendidikan yang sesuai dengan kondisi masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
I.                   Pendekatan Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum anak usia dini juga harus memperhatikan berbagai pendekatan berikut ini:
1.      Pendekatan Berpusat pada Anak
Pendekatan kelas yang berpusat pada anak (child centered approach) adalah suatu kegiatan belajar dimana terjadi interaksi dinamis antara guru dan anak atau antara anak dengan anak lainnya. Secara khusus bertujuan :
1)      Agar anak mampu mewujudkan dan mengakibatkan perubahan,
2)      Agar anak menjadi pemikir-pemikir yang kritis,
3)      Anak mampu membuat pilihan- pilihan dalam hidupnya,
4)      Agar anak mampu menemukan dan menyelesaikan permasalahan secara konstruktif dan inovatif,
5)      Agar anak menjadi kreatif, imajinatif dan kaya akan gagasan,
6)      Agar anak memiliki perhatian terhadap masyarakat, negara dan lingkungannya.

Filosopi dari pembelajaran berpusat pada anak adalah program tahap demi tahap, yang didasari pada adanya suatu keyakinan bahwa anak-anak akan tumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Lingkungan yang dirancang secara cermat dengan menggunakan konsep tahap demi tahap mendorong anak-anak untuk bereksplorasi, mempelopori dan menciptakan sesuatu.
Landasan  program pembelajaran berpusat pada anak didasari pada 3 prinsip utama program tahap demi tahap bagi anak usia dini, yaitu: konstruktifisme, pelaksanaan yang sesuai dengan perkembangan, dan pendidikan progresif (proses seumur hidup).
Secara spesifik pembelajaran yang berpusat pada anak bertujuan untuk :
1)      Mengembangkan kemampuan anak secara alamiah sesuai dengan tingkat perkembangannya,
2)      Berusaha membuat anak bebas dan aman secara psikologis sehingga senang belajar di sekolah,
3)      Meningkatkan fepedulian dan kerja sama antara pihak sekolah, keluarga dan masyarakat,
4)      Menekankan pada asas keterbukaan bagi hal-bal yang menunjang pendidikan anak
5)      Berusaha melengkapi segala kebutuhan yang menunjang perkembangan anak secara optimal.
Model berpusat pada anak sangat berbeda dengan model berpusat pada guru. Pada model yang berpusat pada anak pendekatan yang digLinakan adalah pendekatan berdasarkan perkembangan dan kegiatan bermain, sedangkan pada model yang berpusat pada guru pendekatannya berdasarkan perilaku yang diatur dan pembelajaran yang diatur oleh guru. Mode] berpusat pada anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)      Berorientasi pada perkembeingan anak,
2)      Berorientasi pada bermain,
3)      Berdasarkan proses, dan
4)      Bersifat terbuka / bebas

2.      Pendekatan Kontruktivisme
Aliran konstruktifisme meyakini bahwa pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia disekeliling mereka, anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia sekitar dan pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan teman sebaya, orang dewasa dan lingkungan.
Selanjutnya dalam pemikiran yang lebih dalam Piaget menyatakan bahwa pengetahuan tidak hanya interaksi langsung indera dengan kenyataan, tetapi juga harus ada pemikiran tentang perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan kenyataan, perubahan inilah yang akan membangun pengetahuan nantinya. Pengetahuan juga berasal dari lingkungan budaya kita. Pengetahuan yang berasal dari budaya kita biasanya didapatkan secara turun­-menurun melalui orang-orang yang berada di sekitar kita. Pengetahuan dibangun oleh anak berdasarkan kemampuannya dalam memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak.
Lev Vygotsky berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari orang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Selanjutnya dijelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikologis yang mengendalikan perilaku belajarnya. Berhubungan dengan proses pembentukan pengetahuan, Vygotsky mengemukakan konsep zone of proximal development (ZPD) sebagai kapasitas potensial belajar anak yang dapat berwujud melalui bantuan orang dewasa atau orang yang lebih terampil. Terdapat 4 (empat) tahapan ZPD adalah pertama, tindakan anak masih dipengaruhi oleh orang lain, kedua tindakan anak didasarkan atas inisiatif sendiri, ketiga tindakan anak berkembang spontan dan terinternalisasi serta keempat tindakan spontan yang diulang-ulang sehingga anak siap berpikir abstrak
1)      Pendekatan Holistik dan Terpadu
Pengembangan kurikulum dan isi program didalamnya hendaknya dapat mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan, potensi kecerdasan jamak serta berbagai aspek kebutuhan anak usia dini lainnya seperti kesehatan dan gizi secara holistik dan terpadu. Sebagai konsekuensinya, identifikasi dan pemetaan kompetensi harus disusun dan diorganisasikan sesuai dengan perkembangan dan analisis kebutuhan anak usia dini.
2)      Pendekatan Ragam budaya (Multiculture approach)
Pengembangan kurikulum anak usia dini harus memperhatikan lingkungan sosial dan budaya yang ada di sekitar anak, maupun yang mungkin dialami anak pada perkembangan berikutnya. Pendekatan multibudaya akan memberikan konsekuensi pentingnya cakupan isi program yang dihadapi untuk mengakomodasi pemahaman anak pada kebiasaan, budaya dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan budaya-budaya lain yang terdapat di Indonesia maupun budaya global.
3)      Pendekatan Konstruktivisme (Constructivism Approach)
Kurikulum anak usia dini hendaknya mengacu pada pendekatan konstruktivisme yang beranggapan bahwa anak membangun sendiri pengetahuannya. Untuk itu isi program dalam kurikulum harus dapat memberikan peluang bagi anak untuk belajar sesuai dengan minat, motivasi dan kebutuhannya. Hal ini akan berdampak pada proses pembelajaran yang berpusat pada anak, yang diwarnai dengan adanya kebebasan untuk bereksplorasi dalam rangka mencari dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya.
4)      Pendekatan kurikulum bermain kreatif (Play based curriculum approach)
Filosofi dan teori kurikulum bermain kreatif didasarkan pada 4 (empat) hal, yaitu: (1) bagaimana anak membangun kemampuan sosial dan emosional, (2) bagaimana anak belajar untuk berpikir, (3) bagaimana anak mengembangkan kemampuan fisik serta (4) bagaimana anak berkembang melalui budayanya



II.                Teori Perkembangan Anak

Pakar psikologi perkembangan memandang bahwa anak terlahir dengan dorongan dari dalam dirinya untuk menguasai berbagai kompetensi. Sebagai contoh seorang anak pada usia berjalan akan terlihat adanya usaha keras untuk menarik dirinya berdiri menggunakan kursi, pada mulanya memang la tidak akan segera naik bahkan terkadang terjatuh sehingga tampak diwajahnya menunjukkan kekesalan. Perjuangan untuk dapat berjalan terjadi secara kontinyu. Seolah takut terjatuh lagi, anak membangun kekuatan untuk bangun dan berdiri. Ini adalah bukti bahwa ada dorongan dari dalam (motivasi instrinsik) yang mengharuskan anak berdiri tegak dan kemudian berjalan.
Pada dasarnya terdapat 2 pendekatan utama yang digunakan untuk pendidikan anak usia dini, yaitu : pendekatan perilaku dan pendekatan perkembangan. Pendektan perilaku beranggapan bahwa konsep-konsep tidaklah berasal dari dalam diri anak dan tidak berkembang secara spontan. Atau dengan perkataan lain konsep-konsep tersebut harus ditanamkan pada anak dan diserap oleh anak, sehingga pendekatan seperti ini melahirkan pengajaran yang berpusat pada guru.
Pendekatan perkembangan, berpandangan bahwa perkembanganlah yang memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak usia dini. Terdapat beberapa anggapan dari pendekatan ini, yaitu: (1) anak usia dini adalah pebelajar aktif yang secara terus menerus mendapat informasi mengenai dunia lewat permainannya, (2) setiap anak mengalami kemajuan melalui tahapan-tahapan perkembangan yang dapat diperklirakan, (3) anak bergantung pada orang lain dalam hal pertumbuhan emosi dan kognitif melalui interaksi sosial, (4) anak adalah individu yang unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda.

III.             Prinsip Pengebangan Kurikulum
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya :
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.
1.      Beragam dan terpadu :
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.
2.      Tanggap terhadap perkembangan IPTEK dan Seni :
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3.      Relevan dengan kebutuhan kehidupan :
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
4.      Menyeluruh dan berkesinambungan :
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
5.      Belajar sepanjang hayat :
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
6.      Seimbang antara kepentingan Nasional :
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pengembangan kurikulum juga hendaknya memperhatikan beberapa prinsip berikut ini:
Ø  Relevansi : Kurikulum anak usia dini harus relevan dengan kebutuhan dan perkembangan anak secara individu
Ø  Adaptasi :Kurikulum anak usia dini harus memperhatikan dan mengadaptasi perubahan psikologis, IPTEK, dan Seni.
Ø  Kontinuitas : Kurikulum anak usia dini harus disusun secara berkelanjutan antara satu tahapan perkembangan ke tahapan perkembangan berikutnya dalam rangka mempersiapkan anak memasuki pendidikan selanjutnya
Ø  Fleksibilitas : Kurikulum anak usia dini harus dipahami, dipergunakan dan dikembangakan secara fleksibel sesuai dengan keunikan dan kebutuhan anak serta kondisi lembaga penyelenggara
Ø  Kepraktisan dan Akseptabilitas : Kurikulum anak usia dini harus memberikan kemudahan bagi praktisi dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan pada anak usia dini.
Ø  Kelayakan (feasibility) : Kurikulum anak usia dini harus menunjukkan kelayakan dan keberpihakan pada anak usia dini.
Ø  Akuntabilitas : Kurikulum anak usia dini harus dapat dipertanggungjawabkan pada masyarakat sebagai pengguna Jasa pendidikan anak usia dini

IV.             Prinsip Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan/ pembelajaran pada pendidikan anak usia dini meliputi:
1.      Berorientasi pada Perkembangan Anak
Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana ke rumit, konkrit ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke rasa sosial.
2.      Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses belajar untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-masing anak.
3.      Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran pada anak usia dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya.
4.      Stimulasi Terpadu
Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan berkesinambung-an antara aspek kesehatan, gizi dan pendidikan. Hal ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian. Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek perkembangan dapat berkembang secara berkelanjutan, dengan memperhatikan kematangan dan konteks sosial, dan budaya setempat.
5.      Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak merasa aman, nyaman dan menyenangkan dalam lingkungan bermain baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
Lingkungan bermain hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari di rumah dan tempat bermain ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.
6.      Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat.
7.      Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif, dan Menyenangkan
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
8.      Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan sekitarnya.
9.      Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup melalui penyiapan lingkungan belajar yang menunjang berkembangnya kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
10.  Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pelaksanaan stimulasi pada anak usia dini dapat memanfaatkan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi belajar

V.                Komponen Pengembangan Kurikulum

1.      Tujuan Pengembangan Kurikulum harus mengacu kepada : Tujuan Pendidikan Dasar, yaitu meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan yang lebih lanjut.
2.      Struktur dan muatan Muatan Kurikulum tertuang dalam standar isi yang dikembangkan dari kelompok mata pelajaran Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu :
Ø  Pengembangan diri
Ø  Akhlak Mulia
Ø  Kewarganegaraan dan Kepribadian.
Ø  IPTEK
Ø  ESTETIKA
Ø  Jasmani dan ORKES ( Olah Raga dan Kesehatan )
3.      Kalender Pendidikan
Ø  Disusun sesuai kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan peserta didik dan masyarakat.
Ø  Memberi peluang untuk menyesuaikan brbagai kegiatan sekolah secara terarah, terencana dan sistematis.
Ø  Dibuat sebelu tahun ajaran.
Ø  Bersifat antisipatif terhadap kegiatan untuk satu tahu ajaran.

VI.             Acuan Oprasional Penyusunan Pengembangan Kurikulum

1.      Meningkatan Iman dan Taqwa serta Akhlak mulia.
2.      Peningkatan potensi, kecerdasan dan minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
3.      Keragaman potensi dan karakter daerah dan lingkungan.
4.      Tuntutan pembangunan Daerah dan Nasional.
5.      Tuntutan dunia kerja dan perkembangan IPTEK.
6.      Dinamika perkembangan global.
7.      Agama.
8.      Persatuan Nasional dan Nilai Kebangsaan.
9.      Kondisi Sosial Budaya Masyarakat setempat.
10.  Kesetaraan Gender.
11.  Kaarakteristik Satuan Pendidikan.

VII.          Arah atau Sasaran Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan dan perkembangan dasar (SPPD) anak usia dini yang dikategorikan dalam kelompok umur sebagai acuan normatif.

VIII.       Struktur Kurikulum
Struktur Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini memuat perkembangan diri dan kemampuan dasar.
Bidang Perkembangan
Kelompok Alokasi Waktu
A.Pengembangan Diri
1.      Moral dan Nilai-nilai Agama.
2.      Sosial Emosional dan Kemandirian
A
60 Menit

B.Kemampuan Dasar
1.      Berbahasa
2.      Kognitif
3.      Fisik / Motorik
4.      Seni

B

120 Menit

Jumlah Pelajaran Perminggu
24 Jam Pelajaran

Pengembangan Program kegiatan belajar/kurikulum bagi anak usia dini dikembangkan berdasarkan sejumlah pendekatan yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak usia dini. Dalam penelitian ini pendekatan yang akan digunakan dalam pengembangan program kegiatan belajar adalah berdasarkan teori perkembangan anak (child developmental, theories), pendekatan kelas berpusat pada anak (child centered approach), pendekatan kontruktivisme (constructivism approach) dan pendekatan kurikulum dengan dasar bermain (playbased curriculum approach) yang akan dipaparkan sebagai berikut :



IX.             Karakteristik Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini

1)      Pengembangan kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini memiliki karakteristik sebagai berikut:
Kurikulum PAUD merupakan program pembelajaran PAUD yang mengacu pada Standar Perkembangan dan Perkembangan Dasar yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
2)      Kurikulum PAUD dilaksanakan secara terpadu dengan memperhatikan kebutuhan dan kepentingan terbaik anak serta memperhatikan kecerdasan.
3)      Kurikulum PAUD dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan karakteristik ruang lingkup dan jenis PAUD.
4)      Kurikulum PAUD dilaksanakan berdasarkan prinsip bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain dengan memperhatikan perbedaan bakat, minat, dan kemampuan masing-masing anak, sosial budaya, serta kondisi dan kebutuhan masyarakat.
5)      Standar Perkembangan disusun dan dilaksanakan dengan mengintegrasikan kebutuhan anak terhadap kesehatan , gizi, dan stimulasi psikososial, termasuk kesejahteraannya.

X.                Rambu-Rambu

1.      Standar kompetensi / perkembangan ini merupakan acuan bagi pendidik dalam menyusun program kegiatan atau perencanaan pembelajaran untuk mencapai optimalisasi perkembangan anak.
2.      Standar kompetensi /perkembangan ini dirancang untuk melayani anak sesuai dengan tahapan usianya.
3.      Standar perkembangan ini dirancang sebagai acuan assessment perkembangan anak
4.      Standar kompetensi /perkembangan ini dirancang untuk akuntabilitas pada masyarakat dan orangtua khususnya.
5.      Standar kompetensi /perkembangan ini merupakan standar perkembangan minimal. Pendidik dapat memberikan pengayaan apabila anak telah menguasai kemampuan pada tahap perkembangannya.
6.      Penggunaan standar kompetensi / perkembangan ini bersifat fleksibel yang disesuaikan dengan lingkungan sosial dan budaya anak.
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Filosopi dari Pendekatan pengembangan Kurikulum Anak Usia Dini yang didasari pada adanya suatu keyakinan bahwa anak-anak akan tumbuh dengan baik jika mereka dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Lingkungan yang dirancang secara cermat dengan menggunakan konsep tahap demi tahap mendorong anak-anak untuk bereksplorasi, mempelopori dan menciptakan sesuatu.
Pengembangan Program kegiatan belajar/kurikulum bagi anak usia dini dikembangkan berdasarkan sejumlah pendekatan yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak usia dini. Dalam penelitian ini pendekatan yang akan digunakan dalam pengembangan program kegiatan belajar adalah berdasarkan teori perkembangan anak (child developmental, theories), pendekatan kelas berpusat pada anak (child centered approach), pendekatan kontruktivisme (constructivism approach) dan pendekatan kurikulum dengan dasar bermain (playbased curriculum approach)

1 komentar: